SPBU Sipahutar diduga ikut bermain dengan si Penimbun BBM

Mana Peran Aparat Penegak Hukum, Polsek Sipahutar?, yang radius jaraknya cuman 500 meter dari situ?.

{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":[],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"addons":1,"transform":1,"enhance":1},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

Taput – Straightnews.id, Warga Masyarakat Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, geram   atas   dugaan      keterlibatan Stasiun      Pengisian  Bahan  Bakar   Umum (SPBU)   15.224.048                dalam    praktik penimbunan    BBM   bersubsidi.       Warga menuntut    tindakan    tegas   dari     pihak Pertamina   dan Aparat   Penegak   Hukum (APH) agar tidak ada lagi penyalahgunaan Bahan   Bakar           Minyak   (BBM)    yang merugikan       khususnya          Masyarakat penerima        langsung   Subsidi    tersebut.

Dugaan ini  mencuat  setelah  awak media menemukan   praktik     mencurigakan  di SPBU  yang  terletak  di Jalan       Siborong-borong  Pangaribuan  tersebut.      Pada 15 Maret  2025  sekitar  pukul  14.58,  terlihat sejumlah        mobil  truk  dan  L300  antre mengisi   BBM  dalam    jerigen.  Informasi yang dihimpun menyebutkan bahwa BBM tersebut      diduga   akan    ditimbun   oleh pengusaha   nakal   untuk   dijual  kembali dengan harga lebih tinggi.

Seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya       mengungkapkan         bahwa kelangkaan   BBM  di  wilayah       tersebut bukanlah  hal  baru.  “Kami  sering ke sini, tapi  selalu  kehabisan  solar  dan pertalite. Sekarang   terbukti   bahwa  BBM     bukan habis, tapi malah disalurkan ke pengusaha yang menimbun,” keluhnya.

TINDAKAN  MELANGGAR  HUKUM  DAN

 MERUGIKAN  MASYARAKAT  SI PENERIMA  SUBSIDI  BBM.

Praktik      semacam  ini    jelas    melanggar ketentuan   yang   diatur   oleh    Pertamina serta  Undang-Undang  No. 22  Tahun  2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Pasal 55 UU ayat  yang  ke  lll       menyebutkan   bahwa: “Pelaku   dapat    dipidana   penjara  paling lama   enam    tahun    dan   denda    paling banyak Rp.60.000.000.000,00 (Enam Puluh Miliar Rupiah).

Warga    setempat    merasa    kecewa  dan marah   karena   BBM   yang    seharusnya digunakan    oleh    masyarakat      sebagai konsumen    penerima           subsidi   BBM langsung,     justru   diselewengkan   demi meraup keuntungan segelintir pihak. “Ini sudah   keterlaluan!   Kami   rakyat    kecil butuh   BBM   untuk   bekerja,  tapi  malah dipermainkan    oleh   mafia   BBM,”   ujar seorang   sopir   angkutan   umum dengan nada kesal.

PERTAMINA  DAN  APARAT  PENEGAK  HUKUM  DIMINTA  MASYARAKAT,  AGAR MENINDAK  TEGAS  OKNUM PETUGAS NAKAL  DAN  SI  PENIMBUN  BBM.

Masyarakat meminta agar Pertamina segera melakukan evaluasi terhadap SPBU 15.224.048 dan memberikan sanksi berat jika terbukti melanggar aturan. Tidak hanya itu, warga juga mendesak aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan menindak semua pihak yang terlibat, baik dari pihak SPBU maupun pengusaha penimbun.

“Jangan sampai hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Jika rakyat kecil melakukan kesalahan sedikit saja, langsung dihukum. Tapi kalau sudah menyangkut mafia BBM, malah dibiarkan,” kritik seorang warga dengan nada kecewa.

Kasus ini menjadi bukti bahwa masih banyak celah dalam pengawasan distribusi BBM bersubsidi yang harus segera diperbaiki. Jika tidak ada tindakan tegas, maka kejadian serupa akan terus berulang dan semakin merugikan masyarakat.

Pihak media masih berupaya mengonfirmasi dugaan ini kepada pengelola SPBU 15.224.048 serta pihak terkait lainnya. Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak SPBU maupun Pertamina.

(M.S) Sumber dari (A.S)

-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *